Aku mulai mahir membuat kotak rahasia. Memisah topeng-topeng, menyimpan wajah sumbing. Kubuka dunia, tersadar kiranya, perubahan sungguhlah cepat. Kemunafikan telah sedia dimana-mana. Ada dalam agama, saku celana, depan kelas, atas mimbar. Sepenjuru tempat telah sedia, empat mata angin juga. Bahkan nonstop,Twenty four hours.
Kita telah punya dunia baru. Setelah keusangan yang mulai layu. Buat apa sedih? Menyesali keadaan yang kita adakan? Kiranya tak makna pahala. Ingat saja, besok pula kau dapati, mengulang dan menikmati.
Untung saja telah kusedia kotak rahasia. Optimis ku selamanya setia membagi. Berkas kelamku biarlah tersimpan. Terang kupajang paling depan. Sebenarnya, membayangkan hidup tanpa inipun sulit. Terasa menabung harta karun, simpanan modal kehidupan.
Hingga ku teringat , kakekku pernah menasehat :
“ Dunia ini memang ladang menanam munafik le,
Hidup perlu mentoleran kesalahan
Kesalahan perlu kotak simpan
Sebab manusia takkan mampu hidup apa adanya
Tak ada yang mau dipandang hina le,
Meskipun yang memandang lebih hina darinya
Manusia menghinakan bukan saja karna aib kesalahan
Tapi karena melihat bayangnya telah amat pantas dihinakan.”